Pengertian Stimulasi Bagi Anak Usia Dini - Morrison (1988), menyatakan bahwa stimulasi atau program pengayaan berperan penting dalam tahun-tahun awal. Menurut Nash (dalam Jalal, 2002), bayi yang baru lahir memiliki lebih dari 100 miliar neuron dan sekitar 1 triliun sel glial yang berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-cabang neuron) yang akan membentuk sambungan antarneuron. Pasca kelahiran, kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada kegiatan neuron dan cabang-cabangnya dalam membentuk bertriliun-triliun sambungan antarneuron.
Pengertian Stimulasi Bagi Anak Usia Dini |
Pengertian Stimulasi Bagi Anak Usia Dini |
Melalui persaingan alami, sambungan-sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan mengalami atrofi. Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron mendapat informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan ini merangsang bertambahnya produksi myelin yang oleh zat perekat glial. Semakin banyak zat myelin yang diproduksi maka semakin banyak dendrit-dendrit yang tumbuh, sehingga semakin banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk unit-unit. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit.
Synap akan bekerja secara cepat sampai usia anak 5-6 tahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut memengaruhi kualitas kemampuan otak sepanjang hidup. Pertumbuhan jumlah jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang di dapat anak pada awal-awal kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan ini, anak akan memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, matematika, keterampilan berpikir, dan stabilitas emosional (Jalal, 2002).
Kemampuan otak yang dipengaruhi oleh kegiatan neuron tidak bersifat spontan, tetapi dipengaruhi oleh mutu dan frekuensi stimulasi yang diterima indera. Struktur fisik otak anak dipengaruhi oleh stimulasi yang diterima pada tahun-tahun pertama dan hal ini relatif menetap hingga masa-masa kehidupan selanjutnya.
Implikasinya adalah bahwa anak yang tidak mendapatkan lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak atau tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau jarang diajak bermain, akan mengalami kelambatan perkembangan dibandingkan anak seusia yang mendapatkan cukup stimulasi. Kelambatan ini tidak hanya saja dalam hal kecerdasan, tetapi juga berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak (Jalal, 2002).Wahyono (2004) menegaskan bahwa pada masa anak usia 0-8 tahun merupakan suatu masa peka yang apabila mendapat rangsangan atau lingkungan yang memperkaya, maka pertumbuhan otak dan mental anak akan mencapai kesempurnaan, sehingga akan menjadi jaminan untuk keberhasila tugas perkembangan anak selanjutnya.
Stimulasi identik dengan pemberian rangsangan yang berasal dari lingkungan di sekitar anak guna lebih mengoptimalkan aspek perkembangan anak. Menurut Monks, Knoers, dan Haditono (1999), pemberian stimulasi yang tepat dapat mempertinggi kemampuan aspek-aspek perkembangan, namun apabila distimulasi yang diberikan tidak tepat, akan memberikan akibat yang tidak baik. Seperti pemberian stimulasi visual yang tepat pada anak akan meningkatkan perhatian anak terhadap sekeliling, namun bila stimulus terlalu banyak dapat berakibat sebaliknya, perhatian berkurang dan anak-anak akan menangis.
Dalam pemberian stimulasi verbal, anak pada periode tahun pertama yang sering diajak berbicara dengan Ibu dan menyebut nama benda-benda yang ada disekelilingnya mendapat tingkat perkembangan yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak memperoleh perlakukan semacam itu. Tetapi sebliknya stimulasi auditif yang terlalu banyak juga memberikan akibat yang tidak baik. Misalnya, anak yang hidup dalam lingkungan yang terlalu ribut dengan banyak suara simpang siur akan tidak dapat membedakan stimulasi auditif yang diperlukan. Demikian pula dalam pemberian stimulasi taktil. Stimulasi taktil yang tepat akan meningkatkan kemampuan sosial, emosional, dan motorik. Namun, deprivasi taktil dapat menimbulkan tingkah laku agresif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar