Sabtu, 27 Desember 2014

Pengertian Difteri

| Sabtu, 27 Desember 2014
Pengertian Difteri - Difteri adalah penyakit pada saluran pernapasan bagian atas disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini bersifat setempat, dan juga menyeluruh, disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh galur-galur Corynebacterium diptheryane yang toksigenik. Organisme ini terlokalisasi di tenggorokan yang menjadimeradang bila bakteri ini tumbuh dan mengeluarkan eksotoksin yang ampuh. Sel jaringan mati, bersama dengan leukosit, eritrosit, dan bakteri, membentuk eksudat berwarna kelabu suram yang disebut pseudomembran pada faring. Di dalam pseudomembran ini meluas sampai ke trakea, maka saluran napas akan tersumbat dan si penderita akan kesulitan bernapas. Kematian karena tidak dapat bernapas terjadi pada infeksi dini, terutama pada anak-anak, tetapi pada umumnya dapat dicegah dengan trakeostomi (memotong trakea melalui leher). Penyakit ini biasanya baru tampak 2-5 hari sesudah penularan dengan tanda-tanda serak di leher dan demam, disertai pembentukan selaput dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Penularan Penyakit Difteri

Gejala-gejala penyakit Difteri

Gejala yang parah dapat menyebabkan kematian karena difteri disebabkan oleh kerja racun tersebut di atas, yang terbawa darah ke seluruh bagian tubuh. Akibatnya, dapat terjadi kerusakan pada jantung, ginjal dan urat saraf. Jadi, kematian karena toksemia terjadi belakangan ketika penyakit sudah lanjut dan disebabkan oleh tidak bekerjanya sistem organ yang vital.

Cara pengendalian difetri yang penting adalah sebagai berikut.

  1. Uji Shick untuk mendeteksi kerentanan terhadap penyakit tersebut.
  2. Penggunaan toksoid difteri sebagai vaksin.
  3. Penggunaan antioksin untuk terapi.
Uji Schick dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah toksi difteri ke dalam kulit. Jika orang ini kebal, maka toksin tersebut dinetralkan oleh antioksidan di dalam tubuhnya dan tidak terjadi reaksi. Tetapi bila orang itu rentan-tidak mempunyai antioksidan alamiah-akan terjadi reaksi peradangan setempat mencapai intensitas maksimum dalam 4 sampai 7 hari. Jika uji Schick ini menunjukkan adanya kerentanan terhadap difteri, maka orang dewasa sekalipun harus diimunisasi secara aktif.


Semua anak harus diimunisasi secara aktif dengan toksoid difteri sebelum ulang tahunnya yang pertama (semuda usia dua bulan).Toksoid ini dikombinasi dengan toksoid tetanus dan vaksin pertusis (vaksin DPT). Bersama dengan ini dosis pertama vaksin polio yang diminimumkan diberikan pula. Tiga dosis diberikan pada interval 4 sampai 8 minggu dan dosis keempat diberikan setahun setelah suntikan ketiga. Suntikan ulangan harus diberikan ketika anak-anak memulai sekolah. Setelah itu, mereka harus mendapat suntikan ulangan terhadap tetanus dan difteri setiap 10 tahun. Suntikan toksoid harus diulang bilamana uji Schick menunjukkan tidak adanya antitoksin dalam tubuh. Atitoksin memberikan kekebalan pasif untuk jangka waktu pendek, tetapi dapat mencegah penyakit pada orang-orang yang rentan bila terkena difteri.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar