Minggu, 18 Desember 2016

Pengertian Prosa

| Minggu, 18 Desember 2016
Pengertian Prosa - Karya prosa pada awalnya bersifat informatif dan menjadi buku pegangan dalam mempelajari agama. Karya prosa tradisional berisi ungkapan-ungkapan suci, tata cara keagamaan, silsilah kitab undangundang, peraturan desa, perbintangan, penanggalan, ilmu gaib, adu ayam, serta cara memelihara kuda dan merpati. Karya sastra tradisional ditulis pada naskah daun tar, dengan maksud peruntukan dibaca oleh kelompok tertentu, tidak untuk kaum awam. Bahasa yang digunakan pun berbeda.

Prosa


Prosa adalah karya sastra yang berbentuk tulisan bebas. Bersifat bebas artinya prosa tidak terikat dengan aturan-aturan tulisan seperti rima, diksi, irama, dll. Makna kata dalam prosa sifatnya denotative atau mengandung makna sebenarnya. Jikapun terdapat kata-kata kiasan, mereka hanya menjadi ornamen di beberapa bagian untuk menekankan atau memperindah tulisan dalam prosa. Kata kias dalam prosa berfungsi sebagai ornament, tidak seperti puisi yang sebagian besar menggunakan kata konotasi atau kata kiasan sehingga membutuhkan penafsiran secara cermat.

Karya sastra tentang agama dan tata cara keagamaan ditulis dalam bahasa Jawa Kuna yang sukar dengan bahasa sangsekerta yang hanya dimengerti oleh sekelompok kecil anggota masyarakat. Karya sastra di luar itu ditulis dalam bahasa Jawa kuna yang tidak rumit, seringkali dicampur dengan bahasa Bali, yang bisa dimengerti oleh kebanyakan orang. Karya-karya prosa pada zaman Balai Pustaka sampai sekarang terus lahir melalui pujangga-pujangga Indonesia menurut zamannya.

Diantaranya adalah Marah Rusli dengan Siti Nurbaya, Nur Sutan Iskandar dengan Apa Dayaku Karena Aku Perempuan, Nur Sutan Iskandar dengan cinta tanah air, dan sebagainya. Tema-tema yang diusung oleh prosa masa ini berkisar cinta anak manusia, kebijaksanaan orang tua, nilai-nilai kejujuran dan kebenaran, pengorbanan dan kematian. Dalam tema-tema itu tercuat harapan dan impian rakyat Indonesia tentang kehidupan yang lebih baik. Hal ini tidaklah mengherankan karena konteks sosial pada masa itu adalah kehidupan dalam penjajahan dan penderitaan.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar