Selasa, 19 Mei 2015

Jual Beli dalam Islam

| Selasa, 19 Mei 2015
Jual Beli dalam Islam - Model jual beli yang paling banyak diterapkan adalah murabahah. Murabahah merupakan salah satu jenis jual beli. Kata jual beli dipakai beriringan dengan kata riba, sebagaimana terdapat dalam al-Qur,an yang dijadikan dasar hukum bagi akad jual beli.

Konsep Jual Beli dalam Islam

Kesempurnaan Jual Beli dalam Islam

Pengertian jual beli adalah menukarkan barang atau barang dan barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari satu kepada yang lain atas dasar rela sama rela tetapi tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Kadang-kadang orang menjual atau membeli suatu barang untuk sesuatu keperluan tanpa menghiraukan apakah rugi atau laba.

Pendapatan yang paling afdal adalah hasil karya seseorang dan jual beli yang mabrur. (HR. Ahmad, Al Bazzar, Ath-Thabrani). Dari Su, aib ar Rumi r.a, bahwa rasulullah bersabda: Tiga perkara di dalamnya terdapat keberkatan; 1) menjual dengan tangguh; 2) Muqharadah (nama lain dari Mudharabah); 3) Mencampurkan tepung dengan gandung untuk kepentingan rumah bukan untuk dijual.

Dasar hukum jual beli yang lain ialah ijma. yakni konsesus dalam keabsahan jual beli, karena manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dhasilkan dan dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkannya secara syah. Dengan demikian maka mudahlah bagi setiap individu memenuhi kebutuhannya.

Transaksi jual beli harus terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun jual, Rukun adalah sesuatu yang harus ada dalam setiap perbuatan hukum. Rukun jual beli ada tiga, yakni:
  1. Ijab kabul (akad);
  2. Orang-orang yang berakad, penjual dan pembeli; dan
  3. Objek akad (ma'kud alaih)
Ijab kabul adalah ikatan kata antara penjual dan pembeli, syarat kabul ialah:
  1. Jangan ada tenggang waktu yang memisahkan antara ucapan penjual dan pembeli.
  2. Jangan selangi kata-kata lain antara penjual dan pembeli.
Sedangkan syarat untuk objek jual beli, ialah:
  1. Suci dan bisa disucikan.
  2. Bermanfaat menurut hukum Islam.
  3. Tidak digantungkan pada suatu kondisi tertentu.
  4. Tidak dibatasi tenggang waktu tertentu.
  5. dapat diserahkan.
  6. Milik sendiri.
  7. Tertentu dan dapat diindra.
Sedangkan syarat orang yang melakukan transaksi jual beli ialah cakap, akad adalah perjanjian antara pembeli dan penjual, dengan syarat:
  1. Jangan ada yang membatasi. 
  2. Jangan disela dengan kata-kata lain.
  3. Jangan dibatasi waktu.
Barang yang diperjual belikan harus memenuhi syarat-syarat
  1. Suci atau disucikan, maka tidak sah menjual barang-barang yang najis seperti anjing atau babi.
  2. Memberi manfaat, maka tidak sah memperjualbelikan semut atau binatang-binatang buas lainnya.
  3. Dapat diserahkan secara tepat atau lambat, tidak sah menjual barang-barang yang sudah hilang atau yang sulit dihasilkan.
  4. Milik sendiri, tidak sah menjual milik orang lain dengan tidak seizinnya atau barang yang akan menjadi milik.
  5. Diketahui/dilihat, barang yang diperjualbelikan harus diketahui banyak, berat dan jenisnya. Tidak sah jual beli yang menimbulkan keraguan pada salah satu pihak. 

Di samping itu, orang yang melakukan jual beli haruslah orang yang berakal dan berkuasa melakukan jual beli, baligh dan tidak dipaksa. Sedangkan objek yang menjadi jual beli adalah bukan barang najis, bermanfaat bisa diserahterimakan. kepunyaan orang yang menjualnya. atau orang yang menjualnya dikuasakan untuk menjualnya. Di dalam jual beli dilarang adanya tipuan, juga dilarang membeli dengan menghadang orang-orang yang ada di desa-desa, yang belum tahu harga pasaran, sehingga orang-orang ini menderita rugi. Juga dilarang menjual barang yang digunakan maksiat. Demikian pula membeli dengan harga tinggi dengan maksud agar orang lain tidak dapat memiliki barang itu. Dan juga tidak boleh membeli dengan maksud menimbun, dan pada saat yang lain dijual dengan harga tinggi pada saat orang sangat membutuhkannya.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar