Sabtu, 07 Februari 2015

Pengertian Konflik Sosial

| Sabtu, 07 Februari 2015
Pengertian Konflik Sosial - Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan pihak lain. Konflik sosial pun dapat berupa kegiatan dari suatu kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain, walaupun hal itu tidak menjadi tujuan utama aktivitas kelompok tersebut (Soekanto, 1993: 101). Dalam wujudnya, konflik sosial itu dapat tersembunyi (covert) maupun terbuka.

Konflik antara Polisi dengan warga

Konflik Sosial

Konflik sosial merupakan salah satu bentuk interaksi sosial di mana ekstrem yang satu mengarah ke integrasi sosial yang sudah menjadi suatu general agreements dan memiliki daya untuk mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan, dan yang lain ke konflik sosial. Tercapainya tata tertib dan konflik adalah dua kenyataan yang melekat bersama dalam setiap sistem sosial. Sebab tumbuhnya tata tertib sosial atau sistem nilai yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat, sama sekali tidak berarti lenyapnya konflik dalam masyarakat. Justru sebaliknya, tumbuhnya tata tertib sosial mencerminkan adanya konflik yang bersifat potensial dalam masyarakat. Dengan demikian, jika kita berbicara tentang stabilitas dan instabilitas dari suatu sistem sosial mereka yang dimaksud adalah tidak lebih dari menyatakan derajat keberhasilan atau kegagaln dari suatu tertib normatif dalam mengatur kepentingan yang saling berkonflik ( Lockwood, 1965: 285).

Pentingnya pembelajaran tentang konsep konflik bagi siswa maupun mahasiswa, bukan dilihat sekedar aspek negatif yang menyertainya, melainkan dalam perspektif yang lebih luas, baik itu maknanya maupun kehadirannya yang selalu ada dalam interaksi sosial. Sebab terminologi konflik sering diplintir untuk medeskreditkan aliran tertentu yang hampir tidak mungkin dan tidak boleh berkembang. Padahal dalam teori-teori konflik non-Marxis, seperti Ralf Dahrendrof sosiolog Jerman yang menulis Class and Class Conflict In Industrial (1929) bahwa sekalipun dengan penggunaan otoritas yang sah dan mereka tunduk terhadapnya maka sesungguhnya di situlah terdapat konflik yang saling melekat. Karena itu, menurut Dahrendorf bentuk konflik meliputi bentuk kepentingan laten (laten interest) dan kepentingan kelas yang disadari sebagai tujuan yang disebut kepentingan manifest (manifest Interest). Konflik eksternal adalah untuk memperkuat kekompakan internal dan meningkatkan moral kelompok yang memegang peranan demikian pentingnya.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar