Rabu, 25 November 2015

Pengertian Khabar dan Atsar

| Rabu, 25 November 2015
Pengertian Khabar dan Atsar - Khabar menurut bahasa serupa dengan makna hadits, yakni segala berita yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Sedang pengertian khabar menurut istilah, antara satu ulama dengan ulama lainnya berbeda pendapat. Menurut ulama ahli hadis sama artinya dengan hadis, keduanya dapat dipakai untuk sesuatu marfu, mauquf, dan maqtha, mencakup segala yang datang dari Nabi SAW, sahabat dan tabi'in, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain dari Nabi SAW, sedang yang datang dari Nabi SAW disebut hadis. Ada juga yang mengatakan bahwa hadis lebih umum dan lebih luas daripada khabar, sehingga tiap hadis dapat dikatakan khabar, tetapi setiap khabar dikatakan hadis.

Adapun atsar menurut pendekatan bahasa sama pula artinya dengan khabar, hadis, dan sunnah. Sedangkan atsar menurut istilah terjadi perbedaan pendapat di antara pendapat para ulama. Sedangkan menurut istilah yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan dari sahabat, dan boleh juga disandarkan pada perkataan Nabi SAW.

Jumhur ulama mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat, dan tabi'in. Sedangkan menurut ulama Khurasan bahwa atsar untuk yang mauquf dan khabar untuk yang marfu.

Dari keempat pengertian tentang hadis, sunnah, khabar, dan atsar sebagaimana diuraikan di atas, dapat ditarik satu pengertian bahwa keempat istilah tersebut pada dasarnya memiliki kesamaan maksud, yaitu segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Dari paparan tentang definisi hadis, sunnah, khabar dan atsar di atas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan terminologi yang digunakan oleh muhadditsin terkait ruang lingkup dan sumber ke empat definisi tersebut. Hadis atau sunnah memberikan pengertian bahwa rawi mengutip hadis yang disandarkan kepada Rasulullah Saw (marfu‘). Sedangkan khabar tidak hanya mencakup hadis marfu‘ saja tetapi juga mengakomodasi hadis mawquf (rawi hanya bersumber dari sahabat saja tidak sampai pada Rasulullah). Bahkan juga yang hanya berhenti sampai tingkatan tabi‘in (maqtu‘) saja. Sedangkan atsar oleh para muhadditsin lebih diidentikkan hanya pada hadis mawquf atau maqtu‘ saja.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar