Pengertian Metafisika - Koestenbaum (1968) mendefinisikan metafisika sebagai studi mengenai karakteristik-karakteristik yang sangat umum dan paling dasar dari kenyataan yang sebenarnya (ultimate reality). Metafisika menguji aspek-aspek kenyataan seperti ruang dan waktu, kesadaran, jiwa dan materi, ada (being), eksistensi, perubahan, substansi dan sifat, aktual dan potensial, dan lain sebagainya.
Pengertian Metafisika |
Metafisika adalah |
Persoalan-persoalan mengenai aspek-aspek dari kenyataan tersebut, secara implisit, sebenarnya muncul dalam ilmu pengetahuan, agama, dan bahkan common sesnse. Akan tetapi, sejumlah filsuf tidak merasa puas mengandalkan disiplin-disiplin atau bidang-bidang pengetahuan tersebut. Mereka melangkah lebih jauh untuk menyelidiki aspek-aspek tersebut di dalam pemikiran-pemikiran metafisik mereka.
Metafisika pada asasnya meneliti perbedaan antara penampakan (appearance) dan kenyataan (reality). Karena benda-benda tidak sepenuhnya tampak sebagaimana adanya, maka tugas metafisika adalah untuk mengungkap apa yang di dasar pengalaman kita, atau kenyataan apa yang sesungguhnya tersembunyi di belakang penampakan indera kita. Ada sejumlah aliran yang coba mengungkap hakikat kenyataan di balik penampakan tersebut. Misalnya, idealisme atau personalisme menyatakan bahwa kenyataan yang paling besar sesunggunya serupa atau berhubungan dengan kesadaran manusia.
Materialisme atau naturalisme percaya bahwa kenyataan yang paling dasar pada prinsipnya sama dengan peristiwa material dan natural. Mekanisme meyakin bahwa kenyataan yang kita alami pada dasarnya ditentukan atau digerakkan secara kebetulan dan berjalan seperti mesin. Organisme atau vitalisme percaya bahwa kenyataan yang sesungguhnya bisa diibaratkan (dimetaforkan) seperti organisme yang hidup.
Sejarah pengetahuan manusia menunjukkan, bahwa di dalam proses mendapatkan pengetahuan, manusia tampaknya tak henti-hentinya berusaha untuk menyatukan berbagai fakta dn gejala yang beragam ke dalam suatu kesatuan. Mereka membawah fakta-fakta yang beragam dan tersebar kedalam suatu kesatuan sistem yang kehoren, menyeluruh, dan cerdas. Puncak dari kebutuhan untuk menyatukan semua hal ke dalam satu kesatuan itu ada pada metafisika.
Metafisika bermaksud bukan hanya menggabungkan dalam satu sistem atau visi hasil-hasil dari semua ilmu pengetahuan, tetapi menggabungkan pandangan common sense, seni (puisi dan karya-karya seni lain), agama, serta kewajiban moral, ke dalam satu pandangan yang menyatu dan menyeluruh mengenai kenyataan. Akibatnya adalah bahwa pernyataan-pernyataan atau proposisi-proposisi metafisika bersifat sangat umum evokatif, dan sering pula samar-samar (kurang jelas). Oleh sebab itu, bisa dipahami bahwa sejumlah filsuf yang berasal dari Abad Kesembilanbelas dan Keduapuluh--misalnya para eksistensialis, para positivis dan para postmodernis--secara tegas menolak metafisika, dengan alasan yang hampir sama yakni terlalu abstrak dan tidak memiliki kontribusi praktis dan langsung pada kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar