Minggu, 15 Mei 2016

Pengertian Pola Makan

| Minggu, 15 Mei 2016
Pengertian Pola Makan - Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat. Konsumsi makanan adalah jumlah total dari makanan yang tersedia untuk dikonsumsi (Hadju, 1997).
Pengertian Pola Makan

Pola Makan adalah
Kebiasaan pola makan dipengaruhi beberapa hal, antara lain kebiasaan kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan, ketersediaan bahan pangan dan sebagainya dan yang menjadi alasan terakhir adalah nilai gizinya (Hadju, 2005).

Pola makan yang baik, teratur, berimbang, beragam dan bergizi akan memberikan dampak positif bagi tubuh. Dampak tersebut ditandai dengan status tubuh yang normal atau lazimnya disebut IMT. Indeks massa tubuh (IMT) adalah standar yang digunakan untuk menghitung berat badan (Kg) terhadap tinggi badan (cm) guna mengetahui status keadaan tubuh yang sebenarnya. Dewasa ini keputusan memilih makanan pada kebanyakan orang bukannya karena nilai gizinya melainkan cita rasa, budaya, dan ketersediaan bahan pangan itu sendiri (Hadju, 2001).

Merebaknya restoran fast food turut menyumbang peningkatan berbagai penyakit. Fast food jarang menyajikan makanan berserat. Menu yang tersaji cenderung banyak yang mengandung garam, lemak dan kolesterol. Konsumsi lemak Indonesia meningkat (10,4% dari total komsumsi energi pertahun dan 18,7% tahun 1990) (Badan Pusat Statistik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk (99 %) umur 15 tahun ke atas kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Lebih banyak penduduk kurang beraktivitas (84,9%) dibanding yang tidak beraktivitas (9,1%) (Susenas 2004).

Nutrisi berlebih dan penurunan aktivitas fisik akan menyebabkan peningkatan asupan glukosa dan ALB ke dalam sel. Transformasi keduanya menjadi energi dan diikuti dengan peningkatan radikal bebas (stres oksidatif). Sel otot dan adipose dapat melindungi dirinya dari situasi tersebut dengan meningkatkan resistensi terhadap insulin, yang selanjutnya akan menghasilkan penurunan asupan glukosa dan ALB dalam sel. Sel Beta pankreas dan sel endotel merupakan sel yang tidak tergantung insulin. Peningkatan glukosa dan ALB intraselular akan menimbulkan disfungsi endotel pada sel endotel, resistensi insulin pada sel otot dan gangguan sekresi insulin yang terjadi pada sel B pankreas melalui stres oksidatif (Evans, 2003; Paulliso, 1996; Moore, 2004).

Difungsi endotel merupakan suatu keadaan yang dapat menimbulkan penyakit kardiovaskular. Gangguan sekresi insulin pada sel Beta pankreas akan berdampak pada timbulnya keadaan toleransi glukosa terganggu (TGT), di mana tubuh harus meningkatkan kadar insulin sebagai kompensasi terhadap peningkatan glukosa dalam tubuh. Keadaan ini ditandai dengan hiperglikemia postprandial yang meningkat. Apabila keadaan ini terus berlangsung akan mengakibatkan timbulnya DM tipe 2 (Kadowaki, 2003; McClung, 2004; Stocker, 2004).

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar