Selasa, 06 Juni 2017

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai Manajemen Peningkatan Mutu

| Selasa, 06 Juni 2017
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai Manajemen Peningkatan Mutu
Pada konsep pengelolaan ini menekankan kepada kemandirian dan kreativitas sekolah di dalam mengolah potensi sumber daya pendidikan melalui kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat di dalam pengambilan keputusan untuk memenuhi  tujuan peningkatan mutu sekolah. Didalam konsep pegelolaan ini menawarkan kerjasama yang sangat eratantara sekolah, masyarakat, dan pemerintah dengan tanggungjawabnya masing-masing,berkembang didasarkan pada keinginan memberikan kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada.

Manajemen Berbasis Sekolah

Dengan mendasarkan diri pada pedekatan. Total Quality Management (TQM) yang dikembangkan pertama kali oleh Edward Deming, Paine dkk. Menyarankan 14 butir untuk mencapai mutu pendidikan prima, yang termasuk dalam strategi Total Quality Education (TQE) , yaitu:
  1. Merancang secara terus-menerus berbagai tujuan pengembangan siswa, pegawai dan layanan pendidikan.
  2. Mengadopsi filosofi baru, yang mengedepankan kualitas pembelajaran dan kualiras sekolah. Manajemen pendidikan harus mengambil prakrsa dalam gerakan peningkatan mutu ini.
  3. Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang menghasilkan kualitas kerja. Peserta didik harus berusaha mengejar kualitas, dan menyadari jika tidak menghasilkan output yang baik, costumers mereka (guru, orang tua, lapangan kerja) tidak akan menyukainya.
  4. Menjalin kerja sama yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stake holders) untuk menjamin bahwa input yang diterima berkualitas.
  5. Melakukan evaluasi secara kontinu dan mencari terobosan-terobosan pengembangan sistem dan proses utuk meningkatkan mutu dan produktivitas.
  6. Para guru, staf lain dan murid harus dilatih dan diltih kembali dalam pengembangan mutu. Guru harus melatih siswa agar menjadi warga dan pekerja masa depan dengan mengembangkan kemampuan pengendlian diri, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
  7. Kepemimpinan lembga, yang mengarahkan guru, staf da siswa mengerjakan tugas pekerjanya dengan lebih baik. Didalam mengelola kelas, guru hendaknya menerapkan visi kepemimpinan pada kepengawasan.
  8. Mengembangkan ketakutan, yakni semua staf harus merasa mereka dapat menemukan masalah dan cara pemecahnya, guru mengembangkan kerja sama dengan siswa untuk meningkatkan mutu.
  9. Menghilangkan penghalang kerja sama di antara staf, guru, dan murid, atau antarketiganya.
  10. Hapus slogan, desakan atau target yang bernuansa pemaksaan dari luar.
  11. Kurangi angka-angka kuota, ganti dengan penerapan kepemimpinan, karena penetapan kuota justru akan mengurangi produktivitas dan kualitas.
  12. Sejalan dengan kebutuhan penguasaan materi baru, metode-metode atau teknik-teknik baru, maka harus disediakan program pendidikan atau pengembangan diri bagi setiap orang dalam lembaga sekolah tersebut.
  13. Pengelola harus memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk mengambil bagian atau peranan dalam pencapaian kualitas.

Dapat dijelaskan bahwa karakteristik sekolah yang efektif dapat dicapai melalui proses, antara lain:
  • Perencanaan kolaboratif dan hubungan kesejawatan, Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif.
  • Penentuan tujuan dan harapan sekolah secara jelas, yang didasarkan pada penilaian diri (self-evaluation)
  • Pemeliharaan ketertiban dan disiplin untuk menjaga suasana lingkungan yang kondusif untuk belajar, atau untuk menciptakan iklim sekolah yang positif. MBS dapat dikatakan merupakan model pengelolan pendidikan yang relatif baru bagi sekolah-sekolah di Indonesia .
(sumber: Siti Rogayah www.sitirogayah.com)


Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar