Minggu, 28 Juni 2015

Kedudukan dan Peranan Perempuan

| Minggu, 28 Juni 2015
Kedudukan dan Peranan Perempuan - Menjelang abad ke-20 terjadilah perubahan-perubahan masyrakat di Indonesia, khususnya disebabkan oleh terbukanya negeri ini bagi perekonomian uang. Pada mulanya terjadi suatu perubahan pandangan penduduk bumi putera dan bersamaan dengan itu gagasan tentang kemajuan bumiputera telah tumbuh. Jika gagasan tentang kemajuan itu menjadi hal yang utama, maka semangat masyarakat tentulah akan berubah, ekonomi tradisional dan etika sosial menjadi retak dan ukuran-ukuran baru meski diciptakan. Kemudian terciptalah dorongan-dorongan untuk berusaha, terbangunlah rasa tanggung jawab dan keinginan untuk mengabdikan diri kepada sesuatu.

Peranan Perempuan dalam dunia kerja

Peranan Perempuan

Gagasan tentang kemajuan itu juga muncul pada diri R.A. Kartini (1879-1904). Gagasannya tersebut dituangkan dalam surat-surat pribadinya yang diterbitkan pada tahun 1912 atas usaha J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Penerbitan buku ini menimbulkan rasa simpati mengenai gerakan emansipasi wanita di Nusantara.

Kedudukan wanita pada masa Kartini ditulis dalam suratnya tertanggal 25 Mei 1899 kepada Stella Zeehandelaar, seorang kadis Belanda, dikisahkan sebagai berikut
Kami gadis-gadis masih terikat oleh adat-istiadat lama dan sedikit sekali memperoleh kebahagian dari kemajuan pengajaran. Untuk keluar sehari-hari dan mendapatkan pelajaran di sekolah saja sudah dianggap melanggar adat. Ketahuilah bahwa adat negeri ini kami melarang keras gadis keluar rumah. Ketika saya berusia duabelas tahun, maka saya dikurung di dalam rumah, saya mesti masuk “kurungan”. Saya dikurung di dalam rumah seorang diri, sunyi senyap, terasing dari dunia luar. Saya tidak boleh keluar dunia itu lagi, bila tidak disertai oleh seorang suami, seorang laki-laki yang asing sama sekali bagi saya, dipilih oleh orang tua saya untuk saya, dikawinkan dengan saya tanpa sepengetahuan saya sendiri

Keadaan gadis-gadis seperti yang dialami oleh Kartini, juga terdapat di daerah Pasundan. Seorang guru wanita Belanda yang berada di Indonesia pada tahun 1913 menulis tentang keadaan wanita Sunda. Dalam tulisannya tersebut ia mengemukakan bahwa kehidupan wanita Sunda meliputi tiga periode, yaitu sebagai berikut:
  1. Masa kanak-kanak yang penuh kegembiraan.
  2. Masa kehidupan patuh sebagai istri dan ibu.
  3. Masa penuh pengaruh sebagai nenek.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar