Senin, 04 April 2016

Pengertian Integrasi Keilmuwan

| Senin, 04 April 2016
Pengertian Integrasi Keilmuwan - Salah satu istilah yang paling populer dipakai dalam konteks integrasi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum adalah kata islamisasi. Menurut Echols dan Hasan Sadily, kata islamisasi berasal dari bahasa Inggris Islamization yang berarti pengislaman. Dalam Kamus Webster, Islamisasi bermakna to bring whitin Islam. Makna yang lebih luas adalah menunjuk pada proses pengislaman di mana objeknya adalah orang atau manusia, bukan ilmu pengetahuan maupun objek lainnya.
Pengertian Integrasi Keilmuwan

Pengertian Integrasi Keilmuwan
Dalam konteks Islamisasi ilmu pengetahuan, yang harus mengaitkan dirinya pada prinsip tauhid adalah pencari ilmu (thalib al-ilmi) -nya, bukan ilmu itu sendiri. Begitu pula yang harus mengakui bahwa manusia berada dalam suasana dominasi ketentuan Tuhan secara metafisik dan aksiologis adalah manusia selaku pencari ilmu, bukan ilmu pengetahuan.

Karena yang menentukan adalah manusia, manusialah yang menghayati ilmu. Penghayatan para pencari ilmu itulah yang menentukan, apakah ilmunya berorientasi pada nilai-nilai Islam ataukah tidak. Andaikata yang mengembangkan ilmu-ilmu itu adalah orang Islam, maka pertanyaan berikutnya adalah, sejauhmana tingkat kedekatan nilai-nilai dasar yang dituntun Al-quran dan Sunnah nabi sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan yang tidak saja benar dari segi metodologi, tetapi juga sesuai dengan nilai-nilai Islam. Atau, jika yang mengembangkan ilmu pengetahuan adalah orang non-Muslim, dan ternyata hasilnya sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur an, apakah orang bersangkutan bisa dikatakan melakukan Islamisasi ilmu pengetauan atau tidak? Inilah pertanyaan yang ingin ditekankan Ismail Raji Al-Faruqi, selaku penggagas Islamisasi ilmu pengetahuan meski ia menghendaki yang melakukan Islamisasi adalah orang Islam sendiri.

Lebih lanjut, Islamisasi ilmu pengetahuan, menurut Faruqi menghendaki adanya hubungan timbal balik antara realitas dan aspek kewahyuan. Dalam konteks ini, untuk memahami nilai-nilai kewahyuan, umat Islam harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memahami wahyu, umat Islam akan terus tertinggal oleh umat lainnya. Karena realitasnya saat ini, ilmu pengetahuanlah yang amat berperan dalam menentukan tingkat kemajuan umat manusia.

Sejak abad kemunduran Islam  (abad ke-12 M), karena para penguasa Muslim kurang memberikan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan hingga akhir abad ke-16, dimana mulai terputus hubungan antara Dunia Islam dengan aliran utama dalam sains dan teknologi, umat Islam sangat tertinggal jauh dibanding masyarakat Barat dalam ilmu pengetahuan. Di saat Islam mengalami kemunduran. Barat justru mulai bangkit dari kegelapan pengetahuan setelah sekian lama terbelenggu dalam indoktrinasi teologi Kristiani. Di sisi lain, para ulama, sebagaimana dikatakan Aziz (1993: 3) juga sangat inward looking dalam memahami ilmu-ilmu agama. Ketertinggalan dalam memahami wahyu ini sampai mencapai tingkat kebenaran yang tidak memadai, diasumsikan karena tertinggal dalam penguasaannya terhadap ilmu-ilmu pengetahuan umum (Mudjia Rahardjo, 2002: 241).

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar